Semua
itu bagaikan pedang bagiku
Menusuk
ke dalam relung hati yang paling dalam
Entah
aku harus senang atau sedih
Melihat
semua ini terjaadi di depan mataku
Bukannya
menutupnya
Tapi
malah berada di depanya
Seolah
tak terjadi apa-apa
Padahal
kau tau
Sebenarnya
itu sakit sekali
Padahal
kau tau
Air
mata yang bercucuran di hati itu
Lebih
mengerikan ketimbang hujan di pipi
Tapi
melihatnya mengasyikan bagiku
Ya,
mengasyikan
Tapi
itu smua menyiksamu
Sadarlah!
Kau
hanya menyakiti dirimu saja
Kau
sudah melihatnya bukan?
Sekarang
ia telah bersamanya
Dan
tak ada lagi ruang untukmu
Sudahlah
Bila
perlu, kau pun tak perlu memberi ruang bagiinya
Biarlah
hujan mengguyurnya
Toh
.. dia tak pernah memperhatikanmu
Terlebih
jika hujan menghampirimu
Sekarang
semua sudah berbeda
Dia
yang kau kenal itu
Sudah
acuh terhadapmu
Mungkin
juga baginya
Sekarang
berfokuslah pada tujuanmu
Tak
perlu banyak memikirkannya
Tapi
aku masih terus memikirkannya
Tanpa
ku sadari
Ia
terus merasuki ku
Bayangnya
masih tertinggal
Jalani
saja sekarang semua itu
Semua
akan baik-baik saja
Tuhan
tidak akan pernah membiarkan anaknya berjalan sendiri
Mungkin
sudah tak ada lagi dirimu baginya
Mungkin
kau sudah dihapuskan dari semua memorinya
Mugkin
sudah tak ada lagi sisa kenangan yang tersimpan
Mungkin
semua kenangan itu sudah menjadi debu
Debu
debu abu dari hati yang di bakar
Debu
debu abu dari hati yang penuh amarah
Debu
debu abu dari hati yang sudah menjadi abu-abu
Debu
debu abu dari hati yang kelabu
Debu
debu dan debu
Debu
debu kelabu
Debu
debu yang termakan waktu
Debu
debu hati yang membisu
Luciena,1.12.14