Jumat, 22 Februari 2013

Cika & Cila



Jum'at pagi seperti biasa Cikka berangkat kesekolah. Sesampainya disekolah Cikka langsung melepas sepatu dan masuk ke kelas nya, ia langsung mengambil sapu dan segera membersihkan ruang kelasnya. Tidak beberapa lama kemudian, saat Cikka sedang menyapu, sahabatya, Cilla juga sampai disekolah, melihat Cikka yang sedang menyapu Cilla langsung menyapa Cikka dan kemudian mengambil sapu untuk membantu Cikka.
“cik, kamu dah buat karya tulis belum?” ujar Cilla.
“ lagi dalam proses cil, kamu udah buat?” jawab Cikka
“ belum cik, aku lagi males, lagian juga kan ngumpulin nya masih 2 bulan lagi” jawab Cilla.
“ iya sih, yaudah yuk cepet selesaiin nyapu nya, terus kita ganti seragam olahraga, kan nanti senam” ujar Cikka.
“ iya iya dasar bawell” jawab Cilla.
Selesainya mereka membersihkan kelas mereka berganti baju seragam olahraga, beberapa saat kemudian, akhirnya teman teman yang lain sudah sampai dikelas. Bel pun berbunyi.  Cilla, Cikka dan teman teman lain menuju kelapangan untuk mengikuti senam, setelah senam selesai, Cikka dan teman temannya ke kantin untuk membeli minum, setelah istirahat beberapa menit mereka kembali menuju lapangan untuk mengikuti pelajaran olahraga, hari itu mereka penilaian salah satu permainan  bola besar yaitu basket. Saat pemanasan berlangsung Cilla terjatuh saat berlari, melihat Cilla  terjatuh teman teman serentak menertawakan Cilla,tetapi tidak dengan Cikka, Cikka langsung menghampiri sahabatnya itu dan membantunya berdiri. “cil kamu gak papa kan?” ujar Cikka. “iya, aku gak kenapa-napa kok cik, cuma kakiku agak sakit aja??” jawab Cilla. “yaudah yuk duduk dulu” ujar Cikka. Penilaian pun dimulai dari absen pertama, hingga akhirnya giliran Cilla, Cilla hanya bisa memasukkan bola kedalam ring sebanyak 4 kali dari waktu lima menit, kemudian giliran Cikka untuk penilaian, Cikka dapat memasukkan bola kedalam ring sebanyak 11 kali dalam waktu yang sama. Setelah selesai penilaian, mereka kembali kekelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya. Saat sedang berjalan menuju kekelas, Cilla bertanya kepada Cikka “cik, kok kamu bisa si masukin bola ke ring sebanyak itu?? Kok aku gak bisa ya?”. Lalu Cikka menjawab “ehm,, itu cuma kebetulan aja cil,  kamu juga bisa kok kayak gitu, kalo kamu sering berlatih hehe”. Mereka berdua dan teman teman yang lain bergegas berganti seragam kembali. Beberapa menit kemudian setelah mereka telah berganti seragam, guru mata pelajaran selanjutnya masuk kelas dan memulai pelajaran kembali..
by : Ella Herlina Lingga

Sepucuk Surat untuk Ibu



Valentcia Anggraeni, itulah namaku. Aku seorang siswi kelas X sekolah menengah atas di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. Aku hidup dalam keluarga yang sederhana. Di sekolah, aku termasuk siswa yang berprestasi dalam bidang akademik, sehingga aku seringkali mendapat beasiswa, dan sekarang pun aku masih mendapatkannya.
Ayahku bernama Laurentius dan ibuku bernama Laurentcia. Memang kebetulan nama mereka mirip. Ayah ku sudah meninggal sejak aku berumur 5 tahun. Ibuku seorang guru yang mengajar di SMA Kollese De Brito. Beliau menjadi guru sejak tahun 1982. Ibuku memunyai penyakit kanker hati sejak aku kelas 5 sekolah dasar. Aku juga memunyai dua sahabat baik, Alen dan Laurentius. Yap, satu lagi nama yang sama.
Seminggu lagi tanggal 14 Februari, perasaanku yaa sangat senang, karena itu adalah hari ulang tahunku. Tepat, aku lahir tepat dengan peringatan St. Valentine, yang dianggap orang sekarang sebagai hari kasih sayang.
“Bu, aku berangkat dulu ya,” sembari mencium tangannya. Begitulah kebiasaanku sejak kecil. “Iya, hati-hati. Belajar yang rajin, jangan suka ngobrol di kelas.” “Iya bu.” Hari ini sangat cerah, seperti biasa aku ke sekolah menggunakan angkutan umum. “Hai, Valent. Pagi.” Sapa Laurent. “Pagi, Ren.” Kami memang selalu berangkat sekolah bersama menggunakan angkutan umum. Kamis. Yaa, hari ini ada pelajaran kesukaanku. Dan aku pun jadi tambah semangat.
****
Teeettt......teeetttt......teeetttttt...........
Bel pulang pun berbunyi. Terlihat para siswa berhamburaan keluar kelas. “Valent, hari minggu belajar di tempat mu ya!” kata Alen. “Hari senin kan mau ulangan. Laurent juga tadi udah aku bilangin, dia setuju. Ayolahh, nilaiku mulai turun lagi.” Lanjutnya dengan nada memelas. “Iya iya. Salah mu sendiri, main terus. Turun deh nilaimu.” Jawabku sambil mengejeknya.
****
Malam ini malam minggu, seperti biasa aku menggunakan sebagian waktuku ini untuk istirahat. “Valent, makan dulu  sayang.” “Iya, Bu.” Ibu selalu begitu, kami selalu makan malam bersama. “Bu, besok Alen sama Laurent mau ke rumah, mau belajar bareng. Hari senin ada ulangan matematika.” Kataku usai makan malam. “Yasudah, tapi kamu tetap harus ke Gereja dulu lho.” “Iya, Bu, pasti. Alent dan Laurent kan juga mesti ke gereja dulu. Hehe.”
Aku keluar untuk menikmati pemandangan malam yang indah dan sunyi sambil menyetel lagu-lagu slow kesukaanku. Di tengah kesunyian saat ini, aku memandangi bintang-bintang di langit, kemudian terlintas lagi kenangan ketika keluargaku masih utuh, dan juga ibu masih sehat. Pasti aku akan lebih senang dan bahagia jika ayah masih di sini.
Tak terasa air mata mulai mengalir di pipiku. Cepat-cepat aku mengusapnya. Dan terdengar lagu detik terakhir dari Lyla. Ah, itu bunyi Hp ku. Sms dari Alen.
Valent, besok jangan lupa siapin makanan yang banyak ya.. hehe..
Dia selau begini.
Heh.. kamu mau belajar apa mau makan?
Iya iya,, bercanda lho, Val.. J Besok jangan lupa.. Oke (y)..
Iya

Kloonnteenggg..........................
Aku kaget dan cepat cepat lari ke dapur. “Ibuuu....” Aku melihat Ibuku sudah tergeletak di lantai. Aku mencoba mengangkat Ibuku dan memindahkannya ke kursi panjang di ruang tengah, kemudian meminta tolong tetanggaku untuk membawa ibu ke rumah sakit.
Sampai di Rumah Sakit, ibu langsung dibawa ke ruang UGD.
Dokter keluar  dari ruang UGD dan aku langsung menghampirinya dan mengikuti beliau ke ruangannya. “Penyakit Ibumu semakin parah. Kita tidak ada yang tahu, doakan saja supaya Tuhan memberi mukjizat pada Ibumu sehingga Ia bisa bertahan hidup.” “Amin. Iya, Dok. Terima kasih.” “Iya, Valent. Sama-sama”
Ibu sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Aku masuk ke ruangan itu, dan melihat ibu sedang tertidur. Di ruang itu ada sofa dan meja. Aku menarik laci di meja tersebut dan mengambil kertas serta pena.
Ibu, aku sayang padamu. Aku tak tahu apa yang akan terjadi bila tak ada engkau. Aku ingin berterima kasih padamu, engkau telah merawatku sejak aku kecil. Jika aku diberi kesempatan oleh Tuhan untuk memohon satu permintaan. Aku ingin Ibu tetap bersamaku. Ibu, jangan tinggalkan aku. Aku tak ingin sendiri. Apa yang harus kulakukan jika tak ada dirimu. Tapi, jika Tuhan berkehendak lain, aku juga tak bisa berbuat apa-apa. Yang tinggal kini hanya harapan. Aku hanya dapat mendoakanmu tenang di sisinya. Aku juga tak ingin engkau semakin menderita. Satu hal yang aku tahu, aku mencintaimu dan engakupun mencintaiku. Aku tak tahu apa yang akan ku ucapkan lagi. Ibu aku sayang padamu..
Ya ampun, aku cengeng sekali. Lagi-lagi air mata menetes. Cepat-cepat aku mengusapnya.
“Valent,” kakta ibu lirih. “Iya, Bu.” “Besok kalau memang mau belajar bersama, jangan di batalkan ya.” “Hmm, iya, Bu. Lalu Ibu nggak apa-apa bila ku tinggal sendiri?” Kataku. “Iya nak, gak apa-apa kok.” Kata ibu sambil tersenyum.
****
Hari minggu setelah pulang dari gereja, pukul 11.15 WIB. Alen dan Laurent tiba di rumahku. “Lho, Valent. Ibu mu mana?” tanya Laurent. “Ibu masuk Rumah Sakit lagi,” Jawabku. “Emm, sabar ya Valent. Jangan lupa berdoa, kita juga bantu doa kok.” Kata Alen. “Iya, temen-temen. Makasih ya.”
****
Kamis, 14 Februari. Aku senang sekali hari ini, selain karena hari ini ulang tahunku, ibuku juga pulang dari Rumah Sakit. Dan keadaan beliau pun semakin membaik.  Sungguh kado terindah dari Tuhan. Alen dan Laurent pun memberiku kado. Alen memberiku rosario dan Laurent memberiku kitab suci kecil serta bunga plastik berbentuk mawar berwarna merah yang aku sukai. Mereka sungguh teman-teman terbaik yang ku miliki. Semua orang disekelilingku adalah kado terindah yang diberi Tuhan untukku. Aku sangat bersyukur dan berterima kasih sekali pada-Mu, Tuhan.
Malam ini aku tidur lebih awal. Aku tak tahu kalau Ibuku masuk ke kamarku, dan tak sengaja Ia membaca surat pendek yang ku tulis saat ia di rumah sakit. Aku dalam keadaan setengah sadar, kemudian berpaling ke hadapannya, dan pura-pura sudah tertidur. Aku lihat beliau membacanya dan perlahan, air matanya menetes.
Dan dalam hati, aku berteriak sekencang-kencangnya.. “IBUU, AKU SAYANG PADAMU”

TAMAT

  (14 Februari 2013)