Senin, 01 Desember 2014

Debu

Semua itu bagaikan pedang bagiku
Menusuk ke dalam relung hati yang paling dalam
Entah aku harus senang atau sedih
Melihat semua ini terjaadi di depan mataku

Bukannya menutupnya
Tapi malah berada di depanya
Seolah tak terjadi apa-apa

Padahal kau tau
Sebenarnya itu sakit sekali
Padahal kau tau
Air mata yang bercucuran di hati itu
Lebih mengerikan ketimbang hujan di pipi

Tapi melihatnya mengasyikan bagiku
Ya, mengasyikan
Tapi itu smua menyiksamu
Sadarlah!
Kau hanya menyakiti dirimu saja
Kau sudah melihatnya bukan?
Sekarang ia telah bersamanya
Dan tak ada lagi ruang untukmu

Sudahlah
Bila perlu, kau pun tak perlu memberi ruang bagiinya
Biarlah hujan mengguyurnya
Toh .. dia tak pernah memperhatikanmu
Terlebih jika hujan menghampirimu

Sekarang semua sudah berbeda
Dia yang kau kenal itu
Sudah acuh terhadapmu
Mungkin juga baginya

Sekarang berfokuslah pada tujuanmu
Tak perlu banyak memikirkannya

Tapi aku masih terus memikirkannya
Tanpa ku sadari
Ia terus merasuki ku
Bayangnya masih tertinggal

Jalani saja sekarang semua itu
Semua akan baik-baik saja
Tuhan tidak akan pernah membiarkan anaknya berjalan sendiri

Mungkin sudah tak ada lagi dirimu baginya
Mungkin kau sudah dihapuskan dari semua memorinya
Mugkin sudah tak ada lagi sisa kenangan yang tersimpan
Mungkin semua kenangan itu sudah menjadi debu
Debu debu abu dari hati yang di bakar
Debu debu abu dari hati yang penuh amarah
Debu debu abu dari hati yang sudah menjadi abu-abu
Debu debu abu dari hati yang kelabu

Debu debu dan debu
Debu debu kelabu
Debu debu yang termakan waktu
Debu debu hati yang membisu

Luciena,1.12.14

Tidak ada komentar:

Posting Komentar